MAKNA UNGKAPAN DOSA YANG TIDAK
MENDATANGKAN MAUT dalam 1 Yohanes 5 : 16 -17”.
BAB I
Pendahuluan
A.
LATAR BELAKANG
Sejak kejatuhan manusia pertama kedalam dosa,
maka semua orang menjadi berdosa karenanya. Manusia menjadi hidup dengan sifat
keberdosaan. Dan dosa telah merebak kedalam semua aspek kehidupam manusia. Dosa
telah menjadi sifat dan natur manusia. Dalam kehidupannya, manusia cenderung
melakukan apa yang jahat yang mengakibatkan keberdosaan.
Namun dalam Kristus Yesus, keselamatan
disediakan bagi siapa saja yang mau menerima anugerah keselamatan dan pengampunan
dosa melalui pengorbanan darah Yesus di kayu salib. Dengan anugerah pengampunan
itulah kita (yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat pribadi)
memperoleh jaminan hidup yang kekal. Bahkan dari kuasa maut/dosa. Sehingga
tatkala seorang percaya melakukan dosa, ia tidak akan mendatangkan maut bagi
dirinya. Pertanyaannya adalah apa dan bagaimana dosa yang tidak mendatangkan
maut itu?
B. RUMUSAN MASALAH
Melalui penulisan makalah ini, penulis akan
membahas tentang “makna ungkapan Dosa yang tidak mendatangkan maut dalam 1
Yohanes 5 : 16 -17”. Adapun beberapa masalah/pokok bahasan yang akan penulis
angkat adalah:
a.
Pengertian Dosa
b.
Sifat dan natur dosa
c.
Akibat dosa
d.
Dosa yang tidak mendatangkan maut:
i.
Dosa yang dilakukan orang yang
telah hidup dalam kristus.
ii.
Bagaimana orang yang hidup dalam
kristus bisa diselamatkan dari dosa yang ia lakukan dan tidak mendapatkan maut?
iii.
Bagaimana peran keselamatan yang
diberikan oleh Darah Kristus berkenaan dengan dosa manusia?
iv.
Bagaimana peranan ”Anugerah Allah”
melalui penebusan Kristus bagi setiap orang yang mau percaya kepadaNya?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah agar setiap pembaca memahami apa dan bagaimana dosa yang
tidak mendatangkan maut itu, dan kemudian dapat memiliki perubahan pemahaman
tentang karya keselamatan yang disediakan Allah melalui Kristus yang merupakan
“anugerah tanpa batas.”
Selain dari itu,
penulis berharap dengan penulisan makalah ini, pembaca dapat memahami bahwa
sekalipun kita telah hodup dalam Kristus yang telah menerima anugerah
keselamatan dan jaminan hidup yang kekal, kita tetap harus terus berjuang
melawan sifat dan natur dosa yang ada dalam diri kita. Sehingga anugerah
keselamatan yang kita miliki dapat menghasilkan buah keselamatan di dalam
Kristus Tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi pengertian Dosa
Definisi secara umum dari dosa ialah
kegagalan, kekeliruan atau kesalahan, kejahatan, pelanggaran, tidak mentaati
hukum, kelaliman atau ketidakadilan. Dosa adalah kejahatan dengan segala
bentuknya.
Dosa merupakan pelanggaran hukum Allah. Dalam
bahasa Yunani dosa, ”parabasis” berarti “melewati, melanggar.” Kata ini dapat juga berarti pelanggar
atau orang yang berdosa; kata ini biasanya dihubungkan dengan pelanggaran
khusus terhadap hukum.
Di tinjau dari asal kata bahasa ibrani, kata
dosa yang paling umum digunakan adalah, “khattat”
yang dapat diartikan sebagai kegagalan manusia dalam mengikuti atau
memenuhi tuntutan hukum Allah[1].
Dengan kata lain, dosa adalah merupakan kegagalan dan pelanggaran manusia terhadap
hukum-hukum Allah (1 Yohanes 3 : 4).
Pengertian dosa yang esensial adalah
pergeseran dari suatu posisi atau kedudukan yang asli atau seharusnya[2].
Pengertian dosa yang diberikan oleh Stephen Tong disini menggambarkan bahwa
ketika dosa ada dalam diri manusia, maka secara otomatis posisi atau kedudukan
manusia itu telah berpindah dari posisi aslinya. Dari kehidupan kemuliaan Allah
kepada kematian secara rohani.
Dosa berarti ketidaksanggupan manusia atau
pun tidak tercapainya sasaran dari apa yang Tuhan Allah tetapkan atau berikan
kepada manusia oleh karena manusia telah kehilangan kesanggipan itu. Pada waktu
manusia melakukan tindakan dosa, maka kehidupan manusia itu sendiri, semua
keputusan-keputusan dan tindakkannya, akan jauh menyimpang dari sasaran yang
Allah telah tetapkan bagi kita manusia. Dosa bekerja mengasingkan kita
(manusia) dari Allah dan menyebabkan kita tidak mampu untuk melaksanakan
kehendakNya.
B.
Sifat dan Natur dosa
Dosa yang merupakan pelanggaran yang
cenderung dilakukan oileh semua manusia bersifat universal. Artinya setiap
manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin, berpendidikan maupun tidak, semua
manusia memiliki tendensi kecenderungan untuk melakukan dosa/pelanggaran
terhadap hukum Allah. Sifatnya yang universal ini merambah kepada setiap aspek
kehidupan manusia, kepada semua kalangan manusia. Tak terkecuali kepada
orang-orang yang “mengaku percaya kepada Kristus” sebagai Tuhan dan juru
selamatnya secara pribadi. Sebab semua manusia telah berbuat dosa (band. Roma
3:23a).
Selain sifatnya yang universal atau
menyeluruh, dosa juga bersifat salah. Suatu kesalahan terjadi oleh karena
adanya pelanggaran dari sesuatu yang telah ditetapkan. Artinya ketika kita
melakukan suatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang telah menjadi ketentuan
atau ketetapan, atau ketika kita melakukan apa yang telah kita ketahui itu
”salah” ketika kita lakukan, maka itu berarti kita telah melakukan sebuah
pelanggaran. Dan itu merupakan “dosa.” Kesalahan atau pelanggaran adalah dosa
yang seringkali tidak disadari manusia.
Sifat lainnya dari dosa adalah bahwa dosa
bersifat prinsip dan atau tindakan. Dengan tindakan atau perbuatan manusia
melakukan apa yang ada dihati dan pikirannya. Perbuatan atau tindakan manusia
adalah luapan atau ungkapan dan perwujudan dari apa yang ia pikirkan dan ia
rasakan. Artinya, apa yang ada dalam pikiran dan kehendaknya, itu ditunjukkan
atau diwujudnyatakan melalui tindakan. Pertanyaannya adalah mengapa tindakan
prinsip dapat menjadi sifat dosa?
Tindakan atau perbuatan yang dilakukan dengan
sadar atau sengaja menyebabkan suatu dampak atau akibat dari perbuatan-perbuatan
tersebut. Dampak tersebut dapat berupa dampak yang positif maupun yang negatif.
Dan hal tersebut dapat menjadi berdosa ketika apa yang manusia lakukan dalam
perbuatan dan tindakkannya itu telah menyimpang dan menentang atau memberontak
serta melanggar hukum Allah.
Manusia dilahirkan dalam dosa dan memiliki
sifat natur dosa dalam dirinya. Setiap manusia melakukan dosa oleh sebab sifat
dosa yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, semua manusia di dunia ini berada
di bawah natur dosa. Manusia berada di dalam keadaan berdosa dan sesat jiwanya.[3]
C.
Akibat dosa
Pada dasarnya, upah dari keberdosaan manusia
adalah kebinasaan/maut (Band. Roma 6:23a). Namun oleh karena kemurahan dan anugerah Allah
melalui pengorbanan Yesus Kristus, upah dosa yang adalah maut tersebut telah
ditangungkan didalam Kristus. Galatia 3:13, Kristus telah menebus kita dari kutuk
hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis:
"Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
Selain daripada itu, upah
dari dosa adalah adanya rasa bersalah dan juga rusaknya hubungan manusia dengan
Allah. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara manusia dengan Allah yang “transenden”,
atau yang bersifat diluar jangkauan manusia. Hakikat manusia telah rusak oleh
karena dosa yang masuk dalam diri manusia tersebut[4]. Roh
yang merupakan pelita bagi jiwa manusia telah menjadi gelap dan dibuang serta
kehilangan hubngan dengan Allah sebagai sang pencipta. Jiwa manusia pun menjadi rusak. Kehendak,
emosi dan sifat-sifat pikirannya telah terpengaruh oleh dosa. Sehingga pikiran,
kehenak dan emosinya terpusat kepada diri sendiri dan seringkali menyimpang
dari kehendak Allah.
Bahkan tubuhnya (alat-alat
indra dan gerak), tunduk kepada insting untuk melakukan perbuatan yang jahat.
Alkitab dalam Kejadian 6:5 dikatakan bahwa: ”Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia
besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata”. Setelah manusia pertama jatuh kedalam dosa, maka semua
manusia kecenderungan hatinya adalah ingin berbuat dosa. Dengan akibat dan
dampak yang sangat fatal.
Death as the penalty of sin is visited even
upon those who have never exercised a personal and conscious choice. This
passage implies that sin exist, in the case of infants, prior to moral
consciousness. since infants die, and therefore the effect of sin is present in
their case, it is but natural to assume that the cause is also present[5].
Kematian adalah dampak yang nyata dari keberdosaan
manusia. Pelanggaran terhadap hukum dan ketetapan Allah membawa manusia kepada
kematian. Bahkan kepada kematian kekal, atau yang disebut dengan maut /
kebinasaan. Dosa dengan sifat dan
naturnya begitu hebat merambah setiap kehidupan manusia. Bahkan seorang anak
kecil pun memiliki potensi untuk melakukan perbuatan dosa dalam hidupnya,
diluar dari dosa keturunan yang diwariskan kepadanya.
D.
Dosa yang Tidak mendatangkan Maut
Dosa seperti apa yang dikatakan tidak mendatangkan
maut? Setiap orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat
secara pribadi telah mendapatkan pengampunan dan jaminan hidup yang kekal
(tidak binasa karena maut/dosa) (band. Yohanes 3 :16; Roma 10:9). Sebagai sifat
dan natur manusia yang berdosa, manusia tidak terlepas dari perbuatan yang
jahat dan dosa. Sekalipun ia telah hidup dalam Kristus. Namun, sifat dan natur
dosa ini harus dilawan untuk tidak dilakukan. Meskipun tak dapat dipungkiri
bahwa dalam perjalanan hidup seorang ”kristen”, dosa masih selalu ada dalam
kehidupannya.
Karena semua orang telah berbuat
dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3 :23).
Sebab upah
dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita. (Roma 6 : 23)
Semua orang telah berbuat dosa, dan telah
kehilangan kemuliaan Allah dalam dirinya. Dengan kata lain, dosa yang dilakukan
Adam dan Hawa sebagai manusia pertama, telah memberikan dampak secara
universal. Dan kemuliaan serta hadirat Allah tidak tetap tinggal di dalam diri
manusia yang telah berdosa. Pertanyaannya, bagaimana dengan dosa yang tidak
mendatangkan maut?
Setiap orang yang telah percaya kepada
Kristus mendapatkan jaminan hidup yang kekal dan kemerdekaan dari dosa. Dengan
kata lain, setiap manusia yang percaya kepada Kristus telah dibebaskan dari
hukuman dan tuntutan hukum dosa. Sebab semua hukum dari dosa dan kutuk maut
telah ditanggung oleh Yesus melalui pengorbanan diriNya di Kayu Salib dengan
memberikan nyawaNya sebagai ganti tebusan bagi setiap orang yang mau menerima
dan percaya kepadaNya.
Jika demikian,
bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang yang telah ditebus oleh darah
Kristus? Sebagai orang yang telah ditebus dengan darah Kristus, maka hidup kita
harus memberikan warna bagi dunia ini. Kristus mengatakan dalam Matius 5:13
-14, bahwa ”kamu adalah garam dan terang dunia”. Setiap orang yang percaya
(orang kristen) adalah garam dan terang dunia. Dengan kata lain, kehidupan
setiap orang percaya harus dapat memberikan warna dalam kehidupannya di dunia
ini.
Berkaitan dengan dosa,
setiap orang yang telah ditebus dengan pengorbanan darah Kristus harus hidup
berusaha untuk melawan setiap perbuatan dosa. Artinya, sedapat mungkin
melakukan apa yang telah difirmankan Tuhan
dalam Alkiab. Sebagai seorang
kristen/orang percaya/ orang yang hidup dalam Kristus, maka orang tersebut
adalah orang yang memiliki iman, memiliki pengabdian, bersaksi melalui
perbuatannya sehari-hari, dan memberitakan kabar baik Allah[6].
Namun bagaimana apabila
seorang yang telah percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru
Selamatnya secara pribadi jatuh kedalam dosa? Bagaimana ia dapat diselamatkan?
Atau, bagaimana dengan keselamatan jiwanya? Akankah ia mendapatkan maut dari
dosanya itu?
Terlebih dahulu kita
artikan makna dari kata “maut”. Jika maut yang dimaksudkan disini adalah
mengenai kebinasaan atau kematian kekal, maka hal itu tidak akan menimpa
seorang yang telah menerima dan percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru
Selamatnya. Akan tetapi jika maut yang dimaksudkan adalah tentang dampak-dampak
fisik jasmani, ada kemungkinan bahwa resiko atau dampak tersebut dapat dialami
oleh seorang yang telah melakukan atau jatuh kedalam dosa.
Yang menjadi titik
berat disini adalah, bagaimana seorang tersebut dapat terlepas atau terbebas
dari maut sedangkan ia melakukan dosa? Setiap orang yang menerima dan percaya
kepada Kristus, hidup dalam ”Anugerah” yang Allah berikan secara cuma-cuma
melalui pengorbanan AnakNya yang tunggal dalam menebus setiap manusia yang
percaya kepadaNya. Ini merupakan bukti dari cinta kasihNya kepada umat manusia.
Allah tidak menghendaki satu pun umatNya yang binasa, melainkan memperoleh
jaminan kehidupan yang kekal. Dengan menerima dan percaya, maka seorang
tersebut memiliki atau menerima ”pendamaian” Allah. Yang secara figuratif, kata
pendamaian dapat diartikan sebagai, memaafkan, atau mengabaikkan. Dan dapat
pula diartikan sebagai; menenangkan, membuat suatu pendamaian, menyucikan,
membatalkan, memaafkan, berbelaskasihan, membersihkan, mendamaikan[7].
Bagaimana peran
keselamatan yang diberikan oleh Darah Kristus berkenaan dengan dosa manusia? Perlu
ditegaskan bahwa keselamatan di dalam iman Kristen itu bersifat pasti dan
kekal. Sekali Tuhan menyatakan cintaNya kepada umat tebusan, Ia tidak pernah
akan mengubahnya. Umat tebusan akan menikmati kehidupan di dalam Dia menuju
kepada penggenapan yang sempurna. Namun, bagaimana menjawab problema jika
seorang yang percaya jatuh dalam dosa? Mungkinkah orang Kristen tersebut
mendapatkan maut/kebinasaan, ataukah tetap diselamatkan oleh Allah?
Di dalam pembahasan
diatas disebutkan bahwa orang percaya memiliki keselamatan kekal, ia berada di
dalam tangan Allah dan tangan Kristus yang kuat dan tidak seorangpun yang dapat
merebut mereka daripadaNya (Bd: Yoh 10). Jika fenomena dosa itu membinasakan,
maka pastilah ada suatu kekuatan yang lebih besar dari Allah yang merebut
mereka (termasuk: “kebebasan kehendak manusia.”). Hal ini jelas tidak mungkin
terjadi. Ketika seorang percaya, mereka masuk ke dalam keselamatan kekal. Allah
yang memberikan keselamatan itu akan memelihara, menjaga sehingga tidak pernah
akan terhilang. Jika – sepertinya – muncul “fakta” ia seakan binasa karena maut
dan dosa yang ia lakukan, maka jika betul-betul ia adalah seorang yang Tuhan
pernah selamatkan, maka sebenarnya ia tidak pernah keluar dari perlindungan dan
pemeliharaan Allah ini. Ia tetap berada di dalamnya. Allah yang telah
menyelamatkan dia akan mengingatkan dalam hatinya melalui Roh Kudus dan membawa
kembali ke dalam persekutuan denganNya.
Bagaimana peranan
”Anugerah Allah” melalui penebusan Kristus bagi setiap orang yang mau percaya
kepadaNya dan bagaimana sifat anugerah tersebut? Kualitas keselamatan yang
dimiliki oleh orang percaya sangat bergantung pada kualitas penebusan yang
dikerjakan oleh Kristus di kayu salib baginya. Alkitab mengatakan bahwa
kualitas pekerjaan penebusan Kristus itu bersifat satu kali, sempurna dan untuk
selamanya (Band: Ibr 10:10 dan 14). Dengan demikian kualitas keselamatan yang
dimiliki orang percaya juga satu kali, sempurna dan kekal.
Dalam Yohanes 10:25 dan
seterusnya, kita menemukan adanya penekanan-penekanan tertentu yang diberikan
oleh Kristus tentang keselamatan umat tebusan. “Hidup kekal”, “pasti tidak
binasa sampai selama-lamanya.” “seorangpun tidak akan merebut mereka.” Jika
keselamatan dapat terhilang, maka istilah “Hidup kekal” di dalam Alkitab harus
diganti dengan “Hidup kekal sementara.” Dan semua ungkapan kemutlakkan
keselamatan harus diganti dengan yang bersifat relatif.
Allah serius
mengerjakan keselamatan ini atas dasar inisiatif sendiri sehingga keselamatan
yang diberikan kepada umat tebusan juga bersifat serius dan tidak bergantung
pada akibat dari tindakan atau respon manusia tertentu. Jika keselamatan dapat
hilang, maka akan berhadapan dengan berbagai kesulitan teologis yang lain,
yaitu :
ü Ternyata rencana keselamatan dapat berubah – ditentukan kondisi
manusia.
ü Allah kurang memiliki kekuasaan untuk menjaga umat tebusan.
ü Kematian Kristus mungkin sekali menjadi sia-sia, khusus bagi mereka
yang telah mendapatkan penebusan namun kemudian menjadi terhilang.
ü Roh Kudus kurang mampu memelihara, menjaga umat tebusan.
ü Alkitab adalah buku yang penuh dengan kebohongan karena berbicara
tentang “Hidup Kekal” yang ternyata dapat menjadi “Tidak Kekal”
ü Orang Kristen adalah para pendusta yang mengatakan pada mulanya bahwa
percaya kepada Kristus akan memiliki hidup kekal kepada orang lain, namun pada
kenyataannya tidak.
Dengan hidup bersandar
kepada anugerah dan karya keselamatan yang Allah sediakan bagi kita dalam
Kristus Yesus, maka dosa yang kita lakukan telah disucikan satu kali untuk
selamanya. Posisi kita yang ada didalam anugerah Allah tidak akan hilang oleh
karena natur dosa dalam diri kita. Namun bukan berarti kita tidak berusaha
untuk tidak melakukan dosa.
I Yohanes 5:17 – 18,
Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut. Kita
tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia
yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.
Percaya dan hidup dalam anugerah Allah serta menghidupi anugerah yang telah
kita terima dari Allah akan membawa kita kepada kesempurnaan Anugerah Allah
yang menyelamatkan. Sehingga dosa tak akan memiliki kuasa membinasakan kita –
setiap orang yang telah menerima dan percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan
dan Juru Selamat pribadinya.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari pembahasan yang
telah penulis uraikan, maka kesimpulan dari ”Makna Ungkapan Dosa Yang Tidak
Mendatangkan Maut” berdasarkan I Yohanes 5 : 16 - 17 adalah bahwa dosa yang
dilakukan oleh setiap orang yang telah menyerahkan dirinya, hidupnya kepada
Kristus. Yang telah menerima Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya
secara pribadi.
Karya keselamatan yang
dilakukan Kristus melalui penebusanNya di kayu salib telah menyucikan setiap
orang yang mau percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan juru selamatnya.
Sekali untuk selamanya. Baik dosa yang dahulu, sekarang maupun dosa-dosa yang
dilakukan di masa yang akan datang. Kuasa penebusan anugerah keselamatan yang
Yesus berikan telah menyucikan kita dari segala dosa kita. Sehingga kita yang
tidak lepas dari sifat keberdosaan manusia, telah disucikan dari setiap dosa
kita.
b.
Saran
Sebagai seorang yang telah ditebus dan
disucikan dengan pengorbanan darah Kristus, marilah kita hidup sesuai dengan
iman kita kepada Allah. Lakukan apa yang menjadi ketetapan dan kehendak Allah
dalam hidup kita. Jadilah pelaku-pelaku Firman Tuhan sebagai bukti bahwa kita
telah selamat dan hidup dalam Anugerah kasih Allah yang telam memperdamaikan
kita dengan Allah Bapa.
[1] D. Guthrie BD. Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini Jilid I. Jakarta; Yayasan Komunikasi Bina Kasih; 2004.
[2] Stephen Tong, Yesus Kristus Juru Selamat Dunia. Surabaya;
Momentum: 2005
[3] Brill. Dasar yang teguh.Bandung,
penerbit Kalam Hidup;2003
[4] Kevin. J. Conner, A Practical Guide To Christian Belief. Malang;
Gandum Mas; 2004
[5] Louis Berkhof, Manual of Christian Doctrine,USA; WM. B. Eerdmans
Publising Company;1933.
[6] _________________. Pedoman Praktis Pola Hidup Kristen,
2002;Gandum Mas; Malang.
[7]Kevin. J. Conner, A Practical Guide To Christian Belief. Malang;
Gandum Mas; 2004
