Selasa, 28 Agustus 2018


MAKNA UNGKAPAN DOSA YANG TIDAK MENDATANGKAN MAUT dalam 1 Yohanes 5 : 16 -17”.

BAB I
Pendahuluan

A.      LATAR BELAKANG
Sejak kejatuhan manusia pertama kedalam dosa, maka semua orang menjadi berdosa karenanya. Manusia menjadi hidup dengan sifat keberdosaan. Dan dosa telah merebak kedalam semua aspek kehidupam manusia. Dosa telah menjadi sifat dan natur manusia. Dalam kehidupannya, manusia cenderung melakukan apa yang jahat yang mengakibatkan keberdosaan.
Namun dalam Kristus Yesus, keselamatan disediakan bagi siapa saja yang mau menerima anugerah keselamatan dan pengampunan dosa melalui pengorbanan darah Yesus di kayu salib. Dengan anugerah pengampunan itulah kita (yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat pribadi) memperoleh jaminan hidup yang kekal. Bahkan dari kuasa maut/dosa. Sehingga tatkala seorang percaya melakukan dosa, ia tidak akan mendatangkan maut bagi dirinya. Pertanyaannya adalah apa dan bagaimana dosa yang tidak mendatangkan maut itu?

B. RUMUSAN MASALAH
Melalui penulisan makalah ini, penulis akan membahas tentang “makna ungkapan Dosa yang tidak mendatangkan maut dalam 1 Yohanes 5 : 16 -17”. Adapun beberapa masalah/pokok bahasan yang akan penulis angkat adalah:
a.       Pengertian Dosa
b.      Sifat dan natur dosa
c.       Akibat dosa
d.      Dosa yang tidak mendatangkan maut:
                                            i.            Dosa yang dilakukan orang yang telah hidup dalam kristus.
                                          ii.            Bagaimana orang yang hidup dalam kristus bisa diselamatkan dari dosa yang ia lakukan dan tidak mendapatkan maut?
                                        iii.            Bagaimana peran keselamatan yang diberikan oleh Darah Kristus berkenaan dengan dosa manusia?
                                        iv.            Bagaimana peranan ”Anugerah Allah” melalui penebusan Kristus bagi setiap orang yang mau percaya kepadaNya?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar setiap pembaca memahami apa dan bagaimana dosa yang tidak mendatangkan maut itu, dan kemudian dapat memiliki perubahan pemahaman tentang karya keselamatan yang disediakan Allah melalui Kristus yang merupakan “anugerah tanpa batas.”
Selain dari itu, penulis berharap dengan penulisan makalah ini, pembaca dapat memahami bahwa sekalipun kita telah hodup dalam Kristus yang telah menerima anugerah keselamatan dan jaminan hidup yang kekal, kita tetap harus terus berjuang melawan sifat dan natur dosa yang ada dalam diri kita. Sehingga anugerah keselamatan yang kita miliki dapat menghasilkan buah keselamatan di dalam Kristus Tuhan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi pengertian Dosa
Definisi secara umum dari dosa ialah kegagalan, kekeliruan atau kesalahan, kejahatan, pelanggaran, tidak mentaati hukum, kelaliman atau ketidakadilan. Dosa adalah kejahatan dengan segala bentuknya.
Dosa merupakan pelanggaran hukum Allah. Dalam bahasa Yunani dosa,  parabasis berarti “melewati, melanggar.” Kata ini dapat juga berarti pelanggar atau orang yang berdosa; kata ini biasanya dihubungkan dengan pelanggaran khusus terhadap hukum.
Di tinjau dari asal kata bahasa ibrani, kata dosa yang paling umum digunakan adalah, “khattat” yang dapat diartikan sebagai kegagalan manusia dalam mengikuti atau memenuhi tuntutan hukum Allah[1]. Dengan kata lain, dosa adalah merupakan kegagalan dan pelanggaran manusia terhadap hukum-hukum Allah (1 Yohanes 3 : 4).
Pengertian dosa yang esensial adalah pergeseran dari suatu posisi atau kedudukan yang asli atau seharusnya[2]. Pengertian dosa yang diberikan oleh Stephen Tong disini menggambarkan bahwa ketika dosa ada dalam diri manusia, maka secara otomatis posisi atau kedudukan manusia itu telah berpindah dari posisi aslinya. Dari kehidupan kemuliaan Allah kepada kematian secara rohani.
Dosa berarti ketidaksanggupan manusia atau pun tidak tercapainya sasaran dari apa yang Tuhan Allah tetapkan atau berikan kepada manusia oleh karena manusia telah kehilangan kesanggipan itu. Pada waktu manusia melakukan tindakan dosa, maka kehidupan manusia itu sendiri, semua keputusan-keputusan dan tindakkannya, akan jauh menyimpang dari sasaran yang Allah telah tetapkan bagi kita manusia. Dosa bekerja mengasingkan kita (manusia) dari Allah dan menyebabkan kita tidak mampu untuk melaksanakan kehendakNya.

B.     Sifat dan Natur dosa
Dosa yang merupakan pelanggaran yang cenderung dilakukan oileh semua manusia bersifat universal. Artinya setiap manusia, tua-muda, besar-kecil, kaya-miskin, berpendidikan maupun tidak, semua manusia memiliki tendensi kecenderungan untuk melakukan dosa/pelanggaran terhadap hukum Allah. Sifatnya yang universal ini merambah kepada setiap aspek kehidupan manusia, kepada semua kalangan manusia. Tak terkecuali kepada orang-orang yang “mengaku percaya kepada Kristus” sebagai Tuhan dan juru selamatnya secara pribadi. Sebab semua manusia telah berbuat dosa (band. Roma 3:23a).
Selain sifatnya yang universal atau menyeluruh, dosa juga bersifat salah. Suatu kesalahan terjadi oleh karena adanya pelanggaran dari sesuatu yang telah ditetapkan. Artinya ketika kita melakukan suatu hal yang tidak sesuai dengan apa yang telah menjadi ketentuan atau ketetapan, atau ketika kita melakukan apa yang telah kita ketahui itu ”salah” ketika kita lakukan, maka itu berarti kita telah melakukan sebuah pelanggaran. Dan itu merupakan “dosa.” Kesalahan atau pelanggaran adalah dosa yang seringkali tidak disadari manusia.
Sifat lainnya dari dosa adalah bahwa dosa bersifat prinsip dan atau tindakan. Dengan tindakan atau perbuatan manusia melakukan apa yang ada dihati dan pikirannya. Perbuatan atau tindakan manusia adalah luapan atau ungkapan dan perwujudan dari apa yang ia pikirkan dan ia rasakan. Artinya, apa yang ada dalam pikiran dan kehendaknya, itu ditunjukkan atau diwujudnyatakan melalui tindakan. Pertanyaannya adalah mengapa tindakan prinsip dapat menjadi sifat dosa?
Tindakan atau perbuatan yang dilakukan dengan sadar atau sengaja menyebabkan suatu dampak atau akibat dari perbuatan-perbuatan tersebut. Dampak tersebut dapat berupa dampak yang positif maupun yang negatif. Dan hal tersebut dapat menjadi berdosa ketika apa yang manusia lakukan dalam perbuatan dan tindakkannya itu telah menyimpang dan menentang atau memberontak serta melanggar hukum Allah.
Manusia dilahirkan dalam dosa dan memiliki sifat natur dosa dalam dirinya. Setiap manusia melakukan dosa oleh sebab sifat dosa yang ada dalam dirinya. Oleh sebab itu, semua manusia di dunia ini berada di bawah natur dosa. Manusia berada di dalam keadaan berdosa dan sesat jiwanya.[3]



C.    Akibat dosa
Pada dasarnya, upah dari keberdosaan manusia adalah kebinasaan/maut (Band. Roma 6:23a).  Namun oleh karena kemurahan dan anugerah Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus, upah dosa yang adalah maut tersebut telah ditangungkan didalam Kristus. Galatia  3:13, Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
Selain daripada itu, upah dari dosa adalah adanya rasa bersalah dan juga rusaknya hubungan manusia dengan Allah. Hal ini dapat dilihat dari hubungan antara manusia dengan Allah yang “transenden”, atau yang bersifat diluar jangkauan manusia. Hakikat manusia telah rusak oleh karena dosa yang masuk dalam diri manusia tersebut[4]. Roh yang merupakan pelita bagi jiwa manusia telah menjadi gelap dan dibuang serta kehilangan hubngan dengan Allah sebagai sang pencipta.  Jiwa manusia pun menjadi rusak. Kehendak, emosi dan sifat-sifat pikirannya telah terpengaruh oleh dosa. Sehingga pikiran, kehenak dan emosinya terpusat kepada diri sendiri dan seringkali menyimpang dari kehendak Allah.
Bahkan tubuhnya (alat-alat indra dan gerak), tunduk kepada insting untuk melakukan perbuatan yang jahat. Alkitab dalam Kejadian 6:5 dikatakan bahwa:  ”Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata”. Setelah manusia pertama jatuh kedalam dosa, maka semua manusia kecenderungan hatinya adalah ingin berbuat dosa. Dengan akibat dan dampak yang sangat fatal.
Death as the penalty of sin is visited even upon those who have never exercised a personal and conscious choice. This passage implies that sin exist, in the case of infants, prior to moral consciousness. since infants die, and therefore the effect of sin is present in their case, it is but natural to assume that the cause is also present[5].

Kematian adalah dampak yang nyata dari keberdosaan manusia. Pelanggaran terhadap hukum dan ketetapan Allah membawa manusia kepada kematian. Bahkan kepada kematian kekal, atau yang disebut dengan maut / kebinasaan.  Dosa dengan sifat dan naturnya begitu hebat merambah setiap kehidupan manusia. Bahkan seorang anak kecil pun memiliki potensi untuk melakukan perbuatan dosa dalam hidupnya, diluar dari dosa keturunan yang diwariskan kepadanya.
D.    Dosa yang Tidak mendatangkan Maut
Dosa seperti apa yang dikatakan tidak mendatangkan maut? Setiap orang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat secara pribadi telah mendapatkan pengampunan dan jaminan hidup yang kekal (tidak binasa karena maut/dosa) (band. Yohanes 3 :16; Roma 10:9). Sebagai sifat dan natur manusia yang berdosa, manusia tidak terlepas dari perbuatan yang jahat dan dosa. Sekalipun ia telah hidup dalam Kristus. Namun, sifat dan natur dosa ini harus dilawan untuk tidak dilakukan. Meskipun tak dapat dipungkiri bahwa dalam perjalanan hidup seorang ”kristen”, dosa masih selalu ada dalam kehidupannya.

Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3 :23).
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Roma 6 : 23)

Semua orang telah berbuat dosa, dan telah kehilangan kemuliaan Allah dalam dirinya. Dengan kata lain, dosa yang dilakukan Adam dan Hawa sebagai manusia pertama, telah memberikan dampak secara universal. Dan kemuliaan serta hadirat Allah tidak tetap tinggal di dalam diri manusia yang telah berdosa. Pertanyaannya, bagaimana dengan dosa yang tidak mendatangkan maut?
Setiap orang yang telah percaya kepada Kristus mendapatkan jaminan hidup yang kekal dan kemerdekaan dari dosa. Dengan kata lain, setiap manusia yang percaya kepada Kristus telah dibebaskan dari hukuman dan tuntutan hukum dosa. Sebab semua hukum dari dosa dan kutuk maut telah ditanggung oleh Yesus melalui pengorbanan diriNya di Kayu Salib dengan memberikan nyawaNya sebagai ganti tebusan bagi setiap orang yang mau menerima dan percaya kepadaNya.
Jika demikian, bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang yang telah ditebus oleh darah Kristus? Sebagai orang yang telah ditebus dengan darah Kristus, maka hidup kita harus memberikan warna bagi dunia ini. Kristus mengatakan dalam Matius 5:13 -14, bahwa ”kamu adalah garam dan terang dunia”. Setiap orang yang percaya (orang kristen) adalah garam dan terang dunia. Dengan kata lain, kehidupan setiap orang percaya harus dapat memberikan warna dalam kehidupannya di dunia ini.

Berkaitan dengan dosa, setiap orang yang telah ditebus dengan pengorbanan darah Kristus harus hidup berusaha untuk melawan setiap perbuatan dosa. Artinya, sedapat mungkin melakukan apa yang telah difirmankan Tuhan  dalam Alkiab.  Sebagai seorang kristen/orang percaya/ orang yang hidup dalam Kristus, maka orang tersebut adalah orang yang memiliki iman, memiliki pengabdian, bersaksi melalui perbuatannya sehari-hari, dan memberitakan kabar baik Allah[6].
Namun bagaimana apabila seorang yang telah percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya secara pribadi jatuh kedalam dosa? Bagaimana ia dapat diselamatkan? Atau, bagaimana dengan keselamatan jiwanya? Akankah ia mendapatkan maut dari dosanya itu?
Terlebih dahulu kita artikan makna dari kata “maut”. Jika maut yang dimaksudkan disini adalah mengenai kebinasaan atau kematian kekal, maka hal itu tidak akan menimpa seorang yang telah menerima dan percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya. Akan tetapi jika maut yang dimaksudkan adalah tentang dampak-dampak fisik jasmani, ada kemungkinan bahwa resiko atau dampak tersebut dapat dialami oleh seorang yang telah melakukan atau jatuh kedalam dosa.
Yang menjadi titik berat disini adalah, bagaimana seorang tersebut dapat terlepas atau terbebas dari maut sedangkan ia melakukan dosa? Setiap orang yang menerima dan percaya kepada Kristus, hidup dalam ”Anugerah” yang Allah berikan secara cuma-cuma melalui pengorbanan AnakNya yang tunggal dalam menebus setiap manusia yang percaya kepadaNya. Ini merupakan bukti dari cinta kasihNya kepada umat manusia. Allah tidak menghendaki satu pun umatNya yang binasa, melainkan memperoleh jaminan kehidupan yang kekal. Dengan menerima dan percaya, maka seorang tersebut memiliki atau menerima ”pendamaian” Allah. Yang secara figuratif, kata pendamaian dapat diartikan sebagai, memaafkan, atau mengabaikkan. Dan dapat pula diartikan sebagai; menenangkan, membuat suatu pendamaian, menyucikan, membatalkan, memaafkan, berbelaskasihan, membersihkan, mendamaikan[7].
Bagaimana peran keselamatan yang diberikan oleh Darah Kristus berkenaan dengan dosa manusia? Perlu ditegaskan bahwa keselamatan di dalam iman Kristen itu bersifat pasti dan kekal. Sekali Tuhan menyatakan cintaNya kepada umat tebusan, Ia tidak pernah akan mengubahnya. Umat tebusan akan menikmati kehidupan di dalam Dia menuju kepada penggenapan yang sempurna. Namun, bagaimana menjawab problema jika seorang yang percaya jatuh dalam dosa? Mungkinkah orang Kristen tersebut mendapatkan maut/kebinasaan, ataukah tetap diselamatkan oleh Allah?
Di dalam pembahasan diatas disebutkan bahwa orang percaya memiliki keselamatan kekal, ia berada di dalam tangan Allah dan tangan Kristus yang kuat dan tidak seorangpun yang dapat merebut mereka daripadaNya (Bd: Yoh 10). Jika fenomena dosa itu membinasakan, maka pastilah ada suatu kekuatan yang lebih besar dari Allah yang merebut mereka (termasuk: “kebebasan kehendak manusia.”). Hal ini jelas tidak mungkin terjadi. Ketika seorang percaya, mereka masuk ke dalam keselamatan kekal. Allah yang memberikan keselamatan itu akan memelihara, menjaga sehingga tidak pernah akan terhilang. Jika – sepertinya – muncul “fakta” ia seakan binasa karena maut dan dosa yang ia lakukan, maka jika betul-betul ia adalah seorang yang Tuhan pernah selamatkan, maka sebenarnya ia tidak pernah keluar dari perlindungan dan pemeliharaan Allah ini. Ia tetap berada di dalamnya. Allah yang telah menyelamatkan dia akan mengingatkan dalam hatinya melalui Roh Kudus dan membawa kembali ke dalam persekutuan denganNya.
Bagaimana peranan ”Anugerah Allah” melalui penebusan Kristus bagi setiap orang yang mau percaya kepadaNya dan bagaimana sifat anugerah tersebut? Kualitas keselamatan yang dimiliki oleh orang percaya sangat bergantung pada kualitas penebusan yang dikerjakan oleh Kristus di kayu salib baginya. Alkitab mengatakan bahwa kualitas pekerjaan penebusan Kristus itu bersifat satu kali, sempurna dan untuk selamanya (Band: Ibr 10:10 dan 14). Dengan demikian kualitas keselamatan yang dimiliki orang percaya juga satu kali, sempurna dan kekal.
Dalam Yohanes 10:25 dan seterusnya, kita menemukan adanya penekanan-penekanan tertentu yang diberikan oleh Kristus tentang keselamatan umat tebusan. “Hidup kekal”, “pasti tidak binasa sampai selama-lamanya.” “seorangpun tidak akan merebut mereka.” Jika keselamatan dapat terhilang, maka istilah “Hidup kekal” di dalam Alkitab harus diganti dengan “Hidup kekal sementara.” Dan semua ungkapan kemutlakkan keselamatan harus diganti dengan yang bersifat relatif.
Allah serius mengerjakan keselamatan ini atas dasar inisiatif sendiri sehingga keselamatan yang diberikan kepada umat tebusan juga bersifat serius dan tidak bergantung pada akibat dari tindakan atau respon manusia tertentu. Jika keselamatan dapat hilang, maka akan berhadapan dengan berbagai kesulitan teologis yang lain, yaitu :
ü  Ternyata rencana keselamatan dapat berubah – ditentukan kondisi manusia.
ü  Allah kurang memiliki kekuasaan untuk menjaga umat tebusan.
ü  Kematian Kristus mungkin sekali menjadi sia-sia, khusus bagi mereka yang telah mendapatkan penebusan namun kemudian menjadi terhilang.
ü  Roh Kudus kurang mampu memelihara, menjaga umat tebusan.
ü  Alkitab adalah buku yang penuh dengan kebohongan karena berbicara tentang “Hidup Kekal” yang ternyata dapat menjadi “Tidak Kekal”
ü  Orang Kristen adalah para pendusta yang mengatakan pada mulanya bahwa percaya kepada Kristus akan memiliki hidup kekal kepada orang lain, namun pada kenyataannya tidak.
Dengan hidup bersandar kepada anugerah dan karya keselamatan yang Allah sediakan bagi kita dalam Kristus Yesus, maka dosa yang kita lakukan telah disucikan satu kali untuk selamanya. Posisi kita yang ada didalam anugerah Allah tidak akan hilang oleh karena natur dosa dalam diri kita. Namun bukan berarti kita tidak berusaha untuk tidak melakukan dosa.
I Yohanes 5:17 – 18, Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut. Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya. Percaya dan hidup dalam anugerah Allah serta menghidupi anugerah yang telah kita terima dari Allah akan membawa kita kepada kesempurnaan Anugerah Allah yang menyelamatkan. Sehingga dosa tak akan memiliki kuasa membinasakan kita – setiap orang yang telah menerima dan percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadinya.


BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah penulis uraikan, maka kesimpulan dari ”Makna Ungkapan Dosa Yang Tidak Mendatangkan Maut” berdasarkan I Yohanes 5 : 16 - 17 adalah bahwa dosa yang dilakukan oleh setiap orang yang telah menyerahkan dirinya, hidupnya kepada Kristus. Yang telah menerima Kristus Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya secara pribadi.
Karya keselamatan yang dilakukan Kristus melalui penebusanNya di kayu salib telah menyucikan setiap orang yang mau percaya dan mengakui Yesus sebagai Tuhan dan juru selamatnya. Sekali untuk selamanya. Baik dosa yang dahulu, sekarang maupun dosa-dosa yang dilakukan di masa yang akan datang. Kuasa penebusan anugerah keselamatan yang Yesus berikan telah menyucikan kita dari segala dosa kita. Sehingga kita yang tidak lepas dari sifat keberdosaan manusia, telah disucikan dari setiap dosa kita.

b.      Saran
Sebagai seorang yang telah ditebus dan disucikan dengan pengorbanan darah Kristus, marilah kita hidup sesuai dengan iman kita kepada Allah. Lakukan apa yang menjadi ketetapan dan kehendak Allah dalam hidup kita. Jadilah pelaku-pelaku Firman Tuhan sebagai bukti bahwa kita telah selamat dan hidup dalam Anugerah kasih Allah yang telam memperdamaikan kita dengan Allah Bapa.


[1] D. Guthrie BD. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini Jilid I. Jakarta; Yayasan Komunikasi Bina Kasih; 2004.
[2] Stephen Tong, Yesus Kristus Juru Selamat Dunia. Surabaya; Momentum: 2005
[3] Brill. Dasar yang teguh.Bandung, penerbit Kalam Hidup;2003
[4] Kevin. J. Conner, A Practical Guide To Christian Belief. Malang; Gandum Mas; 2004
[5] Louis Berkhof, Manual of Christian Doctrine,USA; WM. B. Eerdmans Publising Company;1933.
[6] _________________. Pedoman Praktis Pola Hidup Kristen, 2002;Gandum Mas; Malang.
[7]Kevin. J. Conner, A Practical Guide To Christian Belief. Malang; Gandum Mas; 2004


Pentingnya Teladan Visi Seorang Pemimpin Dalam Kepemimpinan Kristen.






Oleh:
SEPTIAN TRI CAHYONO
NIM: 2015.173




Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan Yesus







SEKOLAH TINGGI THEOLOGI BORNEO
PANDAN SEMBUAT
TAHUN 2017 


BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang masalah
            Menjadi pemimpin adalah merupakan tugas tanggung jawab yang besar. Oleh sebab dalam kepemimpinan, diperlukan adanya suatu perencanaan, kerjasama dan juga teladan bagi setiap anggota yang merupakan sumber daya manusia dalam suatu organisasi yang dipimpinnya. Kepemimpinan adalah masalah antar pribadi, artinya bahwa sumber daya manusia dalam sebuah organisasi akan bertindak bukan hanya mengikuti program saja, melainkan meneladani pemimpin mereka yang memberikan visi kepada mereka dalam kepemimpinannya[1].
            Akan tetapi, hal yang seringkali terjadi dilapangan, pemimpin seringkali tidak memberikan visi yang baik kepada orang-orang yang dipimpinnya. Bahkan sering, pemimpin tidak memiliki visi dalam kepemimpinannya. Sehingga sumber daya yang ada tidak maksimal dalam melaksanakan tugasnya. Hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang pemimpin yang adalah seorang pilihan, seorang yang istimewa adalah dapat memberikan suatu teladan, memberikan suatu panutan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam mengembangkan kepemimpinannya melalui setiap perkataan dan perbuatannya[2]. Artinya, seorang pemimpin memberikan keteladanan dalam kepemimpinannya dengan visi dan misi untuk mencapai visinya.
            Dalam memberikan teladan visinya, seorang pemimpin dapat bekerjasama dengan setiap anggota dari orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin dapat memberikan keteladanannya dan menjadi mentor bagi orang-orang yang ada dalam kepemimpinannya. Didalam mentoring itu sendiri didalamnya ada coaching, konseling, advising, training atau teaching[3].
            Dari latar belakang yang ada tersebut, maka penulis akan membahas dan memaparkan makalah dengan judul,” Pentingnya Teladan Visi Seorang Pemimpin Dalam Kepemimpinan Kristen.



Rumusan Masalah
            Dalam penulisan makalah ini, penulis akan membahas beberapa pokok permasalahan yang menjadi pokok penting dalam makalah ini. Yakni:
a.       Pengertian dari kepemimpinan dan visi serta keterkaitannya
b.      Bagaimana keteladanan visi dalam kepemimpinan dapat diberikan
c.       Apa dan bagaimana wujud tindakan nyata dari keteladanan visi dalam kepemimpinan

Tujuan Penulisan
            Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar pemimpin kristen, dalam menjalankan kepemimpinannya dapat memiliki visi yang berdampak, visi yang dapat memberikan pengaruh yang baik, yang positif melalui misi, sikap, dan teladan serta kerja sama dengan sumber daya manusia yang dipimpinnya dan mampu mengembangkan organisasi serta sumber daya dalam kepemimpinannya.



BAB II
PEMBAHASAN

Kepemimpinan
            Kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Oleh sebab kepemimpinan merupakan sebuah proses. Kepemimpinan merupakan suatu posisi, suatu hubungan, dan tindakan[4]. Kepemimpinan adalah suatu proses memimpin baik dalam kalangan organisasi maupun memimpin diri sendiri. Proses memimpin merupakan suatu proses bagaimana seorang pemimpin memberikan pengaruh dalam pelaksanaan rencana kerja untuk sebuah sasaran.
Dalam sebuah kepemimpinan terdapat kuasa yang luarbiasa, kekuasaan untuk membuat berhasil ataupun gagal dalam apa saja yang dikerjakan dalam sebuah organiasasi. Sehingga dalam kepemimpinan diperlukan suatu dasar bagi seorang pemimpin untuk dapat memimpin dengan baik dan maksimal serta mencapai target sasaran dalam organisasi yang dipimpinnya. Salah satu hal yang mendasari kepemimpinan yang baik adalah pemimpin memiliki perencanaa, dan juga teladan dalam visi.
Visi
Visi dalam Kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai  kemampuan untuk melihat pada inti persoalan; pandangan atau wawasan ke depan, kemampuan untuk merasakan sesuatu yg tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan[5]. Dalam kepemimpinan kristiani, visi diperoleh ketika seorang pemimpin berada dalam hadirat Allah, berdoa, dan dengan kesungguhan hati untuk menemukan jawaban dari Allah[6].
Visi berkenaan dengan apa yang akan dicapai kedepan, yang menjadi tujuan dari sebuah kepemimpinan. Dengan adanya visi, maka kerja seorang pemimpin akan didasarkan kepada visi tersebut dengan misi sebagai tindakan untuk mencapai target rencana yang akan dicapai. Dengan demikian, visi adalah suatu tujuan yang menjadi cita-cita seorang pemimpin dalam kepemimpinannya.
Mengapa visi menjadi sangat penting dalam sebuah kepemimpinan, dan menjadi hal yang sangat mendasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin? Visi menjadi sangat penting dan perlu oleh sebab[7]:
a.       Dengan adanya visi, seorang pemimpin akan memimpin orang pada satu tujuan kedepan.
b.      Dengan adanya visi, ada sesuatu yang dituju dengan arah yang jelas dan dapat dilihat dengan baik.
c.       Visi memberikan sebuah tuntunan dan pedoman dalam melaksanakan program yangada dalam sebuah kepemimpinan.
d.      Mendorong inovasi dan kreatifitas baik kepada pemimpin dan juga orang-orang yang dipimpin.
e.       Visi mendorong adanya partisipasi, sinergi dan alianisasi
f.       Visi membangun komitmen untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan sebagai cita-cita dan juga membangun loyalitas.

Bagaimana Seharusnya Seorang Pemimpin
Seorang pemimpin akan menjadi pelaku utama dalam kepemimpinan dengan didukung oleh anggota atau orang-orang yang dipimpinnya. Hal ini diperlukan suatu kriteria yang baik sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mengetahui bagaimana kemampuan dan kekuatan dari orang-orang yang dipimpinnya, pemimpin yang mampu mengefektifkan kemampuan dengan peran dari setiap anggotanya dan tidak merisaukan kelemahan yang ada dalam diri orang-orang yang dipimpinnya[8].
Seorang pemimpin yang berhasil adalah seornag yang mau melayani. Sebagai seorang pemimpin kristen, yang memiliki visi dari Allah, ia harus hidup dalam kerohanian yang baik. Memiliki spiritualitas yang baik dan mau melayani orang lain, bahkan orang-orang yang dipimpinnya. Ciri seroang pemimpin kristiani yang baik adalah mendasarkan kepemimpinannya kepada tuntunan Allah dan bersandar sepenuhnya pada kuasa doa.
Pemimpin yang berhasil memiliki pengaruh yang kuat dalam menjalankan kepemimpinannya dengan visi yang jelas. Kemudian mampu mengkomunikasikan visi yang ia miliki kepada tiap anggotanya sehingga sumber daya yang ada dapat dimaksimalkan. Dengan adanyan visi yang jelas, seorang pemimpin akan dapat membuat strategi-strategi dalam pencapaian target dan sasaran dari visi yang ada.  Visi yang ada dalam diri seorang pemimpin harus diimbangi dan dibarengi dengan kapasitas ataupun kemampuan menunjukkan arah kepada setiap anggotanya. Inilah mengapa diperlukan sebuah keteladanan visi dari seorang pemimpin.

Keterkaitan visi dengan kepemimpinan
  Visi sangat berpengaruh dalam tercapainya suatu keberhasilan dalam sebuah organisasi. Dengan adanya visi, seorang pemimpin akan memiliki standar kerja dalam mencapai target keberhasilan dalam kepimimpinannya. Visi ini membawa seorang pemimpin untuk terus berupaya menciptakan staregi dan mengarahkan sumberdaya anggotanya untuk dapat mencapai target ataupun tujuan.
Kepemimpinan yang didasari dengan visi yang jelas akan menjadikan seorang pemimpin yang terus berpikir mengenai strategi terdepan dan lebih dahulu dari orang lain dalam menemukan dan menerapkan ide-ide yang inovatif, terobosan-terobosan yang efektif, dan solusi dari setiap persoalan dalam organisasi yang dipimpinnya[9].

Memberikan Teladan Visi
Seorang pemimpin yang sejati, dituntut untuk dapat merumuskan visi bersama bagi organisasinya dan juga bagi dirinya sendiri. Ia juga harus mampu membagikan visi yang ada kepada setiap anggotanya, kepada setiap sumber daya yangada dalam organisasi yang ia pimpin. Dengan kata lain, ia harus dapat menjadi teladan dalam pelaksanaan visi. Sehingga orang-orang yang dipimpinnya dapat mengalami perubahan bersama dirinya secara terus-menerus bergerak menuju visi yang telah dirumuskan dengan misi yang dilakukan bersama. Dengan tujuan bahwa sepanjang proses kepemimpinan, seorang pemimpin mau untuk terus belajar dan mamahami pertumbuhan organisasi yang dipimpinnya.
Kita dapat melihat teladan Yesus dalam memimpin murid-muridNya. Bagaimana ia memberikan contoh dan teladan dalam kehidupan kepemimpinanNya. Dengan visinya yang besar bagi dunia (matius 28:19-20). Menjadikan semua bangsa muridNya dan mengajar mereka sebagai murid. Yesus memiliki visi yang besar dan dibuktikan dalam kepemimpinanNya, dalam pembimbingan kepada murid-murdNya yang disebut rasul-rasul yang adalah rekan kerjaNya. Visi yang Yesus miliki diberikan dan diteruskan kepada setiap muridNya dan mentransformasi mereka untuk mereka dapat lakukan visi yang telah dibagikan[10]. Seorang pemimpin kristen dapat meneladani kepemimpinan yang Yesus lakukan. Apa yang harus di teladani[11]?
a.       Seorang pemimpin fokus kepada setiap individu yang dipimpinnya.
b.      Seorang pemimpin fokus dan berpusat ataupun berdasarkan kepada kebenaran Firman Allah.
c.       Seorang pemimpin fokus kepada dirinya sendiri untyk dapat mengembangkan kepemimpinannya.
d.      Seorang pemimpin fokus kepada tujuan/visi dari organisasi yang ia pimpin.
Dengan melakukan hal tersebut, dan membagikan visi yang ada kepada anggota team work, maka sasaran dan tujuan dari organisasi akan dapat diwujudnyatakan dengan baik dan maksimal. Selain dari keteladanan visi dari pemimpin, diperlukan juga motivasi untuk menguatkan setiap anggota dalam kepemimpinannya. Motivasi melibatkan perasaan akan pencapaian prestasi, pengakuan akan keberhasilan menyekasaikan tugas tanggungjawab pekerjaan, serta pertumbuhan dan perkembangan yang semua ini merupakan faktor dari kepuasan kerja[12].
Mewujudnyatakan visi
Dalam kepemimpinan kristiani, visi dapat diwujudnyatakan melalui misi yang didalamnya terdapat sikap kerajinan dalam bekerja, ketekunan dan hati yang mau melayani. Visi yang merupakan cita-cita atau tujuan dari sebuah organisasi akan dapat diwujudnatakan dengan adanya sikap saling membutuhkan antara pemimpin dan anggota yang merupakan sumber daya dalam organisasi tersebut. Sehingga dibutuhkan adanya kerjasama sebagai team work yang saling mendukung. Ini menuntut adanya kesatuan visi dalam organisasi.
Seorang pemimpin tidak akan dapat berjalan sendiri tanpa adanya orang-orang yang dipimpin dan dukungan dari setiap anggota dalam kepemimpinannya. Yesus memberikan contoh teladan bagaimana mewujudkan visi yang besar bagi dunia ini dengan melalui murid-muridNya. Dengan beberapa cara yang dapat kita renugkan dan teladani dalam kepemimpinan yang sedang kita jalani. Beberapa yang dilakukan yesus adalah[13]:
a.       Melihat segala sesuatunya sebagai hal yang hidup, artinya memiliki suatu hal yang positif yang dapat dikembangkan.
b.      Bertindak nyata sebagai teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya.
c.       Memiliki rencana yang matang dan tepat serta efesiensi yang tinggi.
d.      Membentuk dan memiliki tim yang solid dan salinga melengkapi.
e.       Memberikan kesempatan kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk betanya, artinya seorang pemimpin harus mau terbuka dan mengarahkan dengan baik orang-orang yang dipimpinnya.
f.       Melihat sesuatu dengan berbagai sudut pandang untuk sebuah kesimpulan.
g.      Memandang jauh kedepan. Bagaimana visi yang telah ada, dapat dilihat dengan perkiraan keberhasilan dan juga kemungkinan lainnya.
h.      Memiliki kepercayaan yang kuat, baik dalam dirinya sendiri maupun dalam diri orang-orang yang dipimpinnya. Sehingga kepemimpinannya dapat berjalan dengan maksimal.
Wujud nyata teladan visi
Wujudnyata dari teladan visi seorang pemimpin adalah adanya sumber daya yang semakin bertumbuh, berkembang dan mampu bekerjasama dengan baik dan efektif. Baik antara pemimpin dengan orang-orang yang dipimpinnya, maupun sesama rekan kerja sebagai orang-orang yang dipimpin. Keteladanan yang diberikan oleh seorang pemimpin akan terlihat dari keberhasilan dalam pencapaian visi tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
            Kepemimpinan yang sejati adalah kepemimpinan yang memiliki visi yang jelas dan mampu membagikan visi itu kepada setiap orang yang dipimpinnya dengan keteladanan dalam menjalankan visi tersebut. Selain itu, seorang pemimpin harus dapat mengarahkan, melayani dan mengembangkan sumber daya dalam organisasi yang dipimpinnya.
Dengan perencanaan yang baik dan matang serta visi yang jelas, maka kepemimpinan akan dapat bertumbuh serta berkembang dan menghasilkan suatu keberhasilan dalam mencapai cita-cita dan visi dalam organisasi yang dipimpinnya.

SARAN
            Sebagai seorang pemimpin yang baik, hendaknya memimpin dengan visi yang jelas dan memperlengkapi setiap anggotanya untuk dapat menjadi sebuah tim yang solid yang mampu bertumbuh dan berkembang untuk kepentingan bersama.




DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia, versi 1.5.1
Boestam, P. Smart Christian Leadership, Yogyakarta, Penerbit ANDI. 2009.
Chandra, Robby I. Pemimpin dan Mentoring dalam Organisasi. Bandung. Generasi Info Media. 2006.
Cohen, William A,. Seni Kepemimpinan, Jakarta, Mitra Utama, 1995.
Engstrom, Ted W. Seni Manajemen Bagi Pemimpin Kristen. Bandung, Yayasan Kalam Hidup. 1998.
Engstrom, Ted W. The Making of a Christian Leader, Grand Rapid, Zondervan Publishing House. 1978.
Jones, Laurie Beth,. Yesus Chief Executive Officer, Jakarta, Mitra Utama, 1997.
Nelson, Alan E. Spiritualitas & Leadership, Bandung, Yayasan Kalam Hidup, 2007.
Sendjaya, Konsep Karakter Kompetensi Kepemimpinan Kristen, Yogyakarta, Kairos Books, 2004.
Stott, John,. Isu-isu Global menantang kepemimpinan Kristiani, Jakarta, Yayasan Bina Kasih/OMF, 2005.
Tu’u, Tulus,. Pemimpin Kristiani yang Berhasil 1. Bandung. Bina Media Informasi. 2010.
Tu’u, Tulus. Pemimpin Kristiani yang Berhasil 2. Bandung. Bina Media Informasi. 2010.
White, Jhon. Kepemimpinan yang Handal. Bandung. Yayasan Kalam Hidup. 2001.




[1] Jhon White. Kepemimpinan yang Handal. Bandung. Yayasan Kalam Hidup. 2001. hlm. 58
[2] Tulus Tu’u. Pemimpin Kristiani yang Berhasil 2. Bandung. Bina Media Informasi. 2010. hlm. 38
[3] Dr. Robby I Chandra. Pemimpin dan Mentoring dalam Organisasi. Bandung. Generasi Info Media. 2006. hlm. 23-24.
[4] Ted W. Engstrom, Seni Manajemen Bagi Pemimpin Kristen. Bandung, Yayasan Kalam Hidup. 1998. hlm. 16.
[5] Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia, versi 1.5.1
[6] P. Boestam, Smart Christian Leadership, Yogyakarta, Penerbit ANDI. 2009. hlm. 54.
[7] Tulus Tu’u. Pemimpin Kristiani yang Berhasil 1. Bandung. Bina Media Informasi. 2010. hlm. 34
[8] Alan E. Nelson, Spiritualitas & Leadership, Bandung, Yayasan Kalam Hidup, 2007. hlm. 173.
[9] Sendjaya, Konsep Karakter Kompetensi Kepemimpinan Kristen, Yogyakarta, Kairos Books, 2004. hlm. 112
[10] John Stott, Isu-isu Global menantang kepemimpinan Kristiani, Jakarta, Yayasan Bina Kasih/OMF, 2005. hlm. 463.
[11] Ted W. Engstrom, The Making of a Christian Leader, Grand Rapid, Zondervan Publishing House. 1978. hlm. 41-42
[12] William A. Cohen, Seni Kepemimpinan, Jakarta, Mitra Utama, 1995. hlm  222
[13] Laurie Beth Jones, Yesus Chief Executive Officer, Jakarta, Mitra Utama, 1997. hlm. 77 – 126.